"Saudara-saudara, ini adalah bentuk kesewang-wenangan. Tak boleh kita diamkan. Ini adalah pelecehan pada wanita. Setiap jenis pelecehan pada wanita sekecil apapun tidak bisa ditolerir. Jika dibiarkan maka itu akan menjadi kebiasaan. Dan jika dibiasakan maka akan terjadi pelecehan yang lebih besar. Kita harus protes. Sebagai wanita kita harus lawan kesewenangan itu. Kita harus demo." berapi-api wanita itu berorasi di depan beberapa wanita. Dia sedang mengobarkan semangat para wanita itu untuk tergerak melawan kesewenangan.
"Bagaimana kalau kita gelar demo melawan kesewenangan ini. Setujuuu??"
"Setujuuuuu....."
"Baik. Kalau setuju, kabarkan pada para wanita di RW kita bahwa kita akan berdemo. Kita akan geruduk kantor kelurahan. Kita akan minta ketegasan Pak Lurah agar mencopot Pak RW yang telah mencoreng nama baik RW kita."
Flashback ke beberapa hari sebelumnya. Suatu pagi sekitar jam 10 pagi, bu Jumilah mendengar suara aneh dari dalam rumah Pak RW yang kebetulan bersebelahan dengan rumahnya. Semakin didengar semakin jelas bahwa itu suara seorang wanita sedang muntah.
"Kok seperti muntahnya orang lagi hamil muda." bu Jumilah berspekulasi. "Jangan-jangan pembantu Pak RW hamil. Terus siapa yang menghamili?" hatinya bertanya penuh curiga. "Pasti ini perbuatan Pak RW. Bukankah Pak RW itu duda?" akhirnya dia ambil kesimpulan.
Lalu tanpa konfirmasi, bu Jumilah mulai bisik-bisik dengan para ibu lain. Seperti biasa, selalu ada bumbu dalam setiap rumpian wanita. Beritapun menyebar dengan begitu cepat dan liar. Terlebih lagi ketika beberapa hari kemudian pembantu pak RW itu dipulangkan ke desa. Lagi-lagi bu Jumilahlah yang menjadi penyebar berita.
Karena beberapa hari tak pernah melihat si pembantu, bu Jumilah bertanya:
"Pak RW, sudah beberapa hari ini saya tidak melihat pembantu bapak. Kemana dia pak?" tanya bu Jumilah penuh selidik.
"Sudah saya pulangkan ke orang tuanya di desa." jawab Pak RW tanpa curiga.
Berita yang tersebar lewat mulut bu Jumilah begitu bombastis dan bikin heboh. Kabar yang tersebar bagai sebuah headline yang berbunyi: PAK RW MEMULANGKAN PEMBANTU YANG TELAH DIHAMILINYA.
Lalu ketika berita ini sampai ke telinga Juminten, sang ratu protes tingkat RW, segera saja dia kumpulkan beberapa wanita untuk melakukan demo. Misi demo: Pak RW harus diperiksa secara hukum. Jika terbukti Pak RW melakukan pelecehan, maka dia harus dilengserkan.
Juminten tersenyum menyeringai. Terbayang di pikirannya bahwa tak lama suaminya yang sekarang menjabat sebagai sekretaris RW akan menjadi Ketua RW jika Pak RW berhasil dilengserkan.
Terus selanjutnya gimana?
Tunggu besok ya.
Story by GalihM (19/11/16)
0 comments